Program MLM Bisa Tingkatkan Minat Baca Siswa SMA Negeri 2 Bantan

BENGKALIS, seputarriau.co  - Salah satu bidang keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa adalah keterampilan membaca yang didasari oleh kemampuan membaca siswa. Mampu membaca tidak berarti secara otomatis terampil membaca. Akan tetapi terampil membaca tidak mungkin tercapai tanpa memiliki kemampuan membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, siswa juga akan mengalami kesulitan belajar dikemudian hari.

Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasaitu sendiri, tetapi juga bagi mata pelajaran lain. Dengan membaca, siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial dan emosionalnya. Membaca bagi manusia sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar seperti kebutuhan manusia akan makan, pakaian dan lain sebagainya.

Membaca sangat penting bagi kehidupan kita, pepatah lama mengatakan bahwa waktu terbaik untuk menanamkan kebiasaan baik dan nilai- nilai dalam diri seseorang adalah sejak dini. Keterampilan membaca dapat meningkatkan kemampuan anak untuk memahami berbagai konsep dengan mudah. Selain itu dengan membaca dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada anak. Dengan membaca juga dapat meningkatkan kosakata seseorang serta kemampuan berkomunikasi. Anak- anak yang senang membaca mampu berkosentrasi pada pelajaran mereka dari pada yang tidak. Dalam hal berkomunikasi dengan orang lain, anak yang gemar membaca lebih aktif dibandingkan dengan yang tidak. Ini karena mereka memiliki banyak pengetahuan dan kosakata dari bacaan mereka.

Minat dan kebiasaan membaca perlu dikembangkan secara terprogram dan terencana. Anak memiliki berbagai potensi yang dapat dan perlu dikembangkan, terutama potensi ingin tahu. Anak memang serba ingin tahu, dan hal ini perlu disalurkan untuk hal yang positif. Rasa ingin tahu anak dapat dikembangkan melalui buku. Untuk menjadikan anak menyenangi buku perlu dimulai dan dipupuk sejak dini.

Kondisi anak didik saat ini umumnya kurang menyenangi buku, minat baca tidak menonjol, dan mereka lebih bsuka menonton televisi dan bermain android. Membaca dilakukan terbatas pada buku- buku pelajaran pokok yang digunakan di sekolah. Itupun bagaikan terpaksa karena akan diadakan ulkangan atau karena guru memberi pekerjaan rumah. Ketekunan membaca hanya dimiliki beberapa orang anak saja di sekolah. Akibatnya pengetahuan anak sangat terbatas, penguasaan bahasa menjadi lambat bahkan kemampuan menangkap isis bacaan juga rendah. Ini harus dijadikan suatu tanda dan peringatan bagi guru dan orang tua bahwa minat baca anak harus dipupuk dan dikembangkan. Apabila minat baca tinggi, maka guru akan lebih mudah dan ringan dalam melaksanakan tugasnya. Anak- anak akan lebih aktif, mencari dan menggali pengetahuan. Anak akan mengisi sendiri wadah rasa ingin tahunya. Suasana kelas akan lebih hidup, anak belajar aktif dikelas dan suasana belajar akan lebih bermakna.

Buku memiliki banyak kelebihan. Pada kenyataan yang dapat kita lihat, selain buku relatif murah harganya, isi buku juga lengkap dan jelas. Untuk buku bacaan anak, buku dibuat lebih menarik dengan menampilkan gambar- gambar yang dicetak dengan warna- warna yang menarik. Sayangnya, semakin ke sini anak- anak semakin hobbi menonton televisi dan bermain android. Begitu juga orang dewasa, yang lebih sering terpaku pada layar komputer. Zaman yang canggih ini membuat sebagian besar manusia semakin malas untuk membaca buku. Mereka lebih seang menggunakan komputer dan android yang terkesan lebih canggih dan praktis.

Untuk meningkatkan minat membaca, maka pemerintah Indonesia membentuk Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebuah upaya yang dialakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik mulai dari pemangku kepentingan dibidang pendidikan dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/ kota hingga satuan pendidikan (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah) juga melibatkan komite sekolah, orang tua/ wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia usaha dan lain lain) (Yuliana Mega, 2014).

Gerakatan Literasi Sekolah (GLS) memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan didalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit atau program MLM (Membaca Limabelas Menit) yang dibaca adalah buku non pelajaran. Kegaitan membaca ini dilakukan sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai- nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik (Yuliani Mega, 2014).

Pelaksanaan program MLM (Membaca Limabelas Menit) di SMA Negeri 2 Bantan dilakukan setiap hari, yakni setiap 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebelum belajar dimulai guru membagikan siswa dengan sebuah bacaan. Bacaan tersebut mengenai materi yang akan dipelajari pada hari itu. Selama 15 menit guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca. Hal ini dilakukan terus menerus setiap hari. Bahan bacaan setiap hari berbeda tergantung dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak merasa bosan dalam membaca.

Kebiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran sudah pasti akan memberikan dampak yang besar kepada peserta didik. Selain meningkatkan minat dan memotivasi peserta didik dalam membaca, program ini juga menimbulkan sebuah kebiasaan dari semula tidak menyukai atau tidak suka buku menjadi gemar membaca karena tuntutan dan kewajiban untuk membaca sebelum pelajaran dimulai, maka mau tidak mau mereka akan membaca bahan bacaan yang diberikan oleh guru.

Seperti pepatah mengatakan bahwa, “ala bisa karena biasa”, karena terbiasa membaca maka peserta didik yang awalnya tidak gemar membaca bisa menjadi gemar membaca. Karena sudah terbiasa setiap hari membaca, maka ketika sebelum proses pembelajaran peserta didik tidak membaca, mereka akan merasa aneh dan mereka akan mencari bahan bacaan untuk mereka baca. Program MLM (Membaca Limabelas Menit)ini diharapkan dapat menjadi generasi yang mampu melestarikan budaya baca dan mencintai buku serta mengajak siswa lain untuk gemar membaca. Sejak program MLM (Membaca Limabelas Menit) berjalan hampir setiap hari siswa melakukan peminjaman buku dipustaka. Dan setiap hari pula terdapat siswa yang membaca buku di perpustakaan. Baik siswa perempuan maupun siswa laki- laki semua berbondong- bondong menuju perpustakaan. Dari awalnya mereka yang tidak menyukai buku karena kebiasaan program membaca buku selama 15 menit sebelum belajar dimulai, mereka menjadi senang membaca.

Diharapkan akan banyak sekolah yang menjadi bagian dari GLS (Gerakan Literasi Sekolah) dan MLM (Membaca Limabelas Menit). Semakin banyak sekolah yang menjadi bagian dari GLS, maka semakin banyak pula sekolah yang peduli akan pentingnya membaca. Semakin banyak yang peduli maka kemungkinan minat membaca di Indonesia akan meningkat semakin besar. Jangan sampai mkinat membaca kita semakin menun dan memburuk. Kita harus membuktikan bahwa Indonesia adalah negara yang peduli akan pentingnya membaca dan warga negara Indonesia akan memiliki wawasan yang luas berkat membaca.

 

Penulis :  AGUSTINI, S.Pd

SEKOLAH : SMA NEGERI 2 BANTAN


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar