Mahasiswa KKN UNRI 2022 Ikut Berpartisipasi dalam BPP di Desa Tebing Tinggi

KUANTANSINGINGI, seputarriau.co  -  Mahasiswa KUKERTA Balek Kampung UNRI 2022 Desa Tebing Tinggi ikut berpartisipasi dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Benai dalam mencari tahu perkembangan sawah dan padi yang ada di desa Tebing Tinggi, kecamatan Benai, Kabupaten Kuantan Singingi.

Berdasarkan info dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Benai, desa Tebing Tinggi sendiri bahkan sempat hampir memberlakukan IP 300 pada tahun 2020. Namun, belum bisa terlaksana sepenuhnya. Hal tersebut karena IP 300 dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Sedangkan kendala dalam hal itu ada pada waktu yang harus punya putaran yang pas. 

Potensi peningkatan Indeks Pertanaman di setiap wilayah Desa Tebing Tinggi dilakukan dengan cara mengoptimalisasikan lahan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, iklim, tanah, unsur hara dan pola tanam padi. Sehingga petani dapat menanam padi dua kali dalam setahun sesuai dengan ketersedian airnya.

Berkat dari pengembangan Program IP 200 ini jugalah, Desa Tebing Tinggi menjadi salah satu desa yang sukses dalam swasembada pangan. Lebih dari itu, bahkan Desa Tebing Tinggi juga sudah menjadi salah satu desa utama sebagai lumbung padi di daerah Kuantan Singingi. Hal ini, disebabkan oleh adanya Program desa yang dikelola dan dipantau langsung oleh Kepala Desa, Bapak Andrisman, dengan cara menaikkan Indeks Pertanaman (IP) dan juga meningkatkan produktivitas padi. Berikut jabaran penghitungan Produktivitas padi wilayah Desa Tebing Tinggi berdasarkan penjabaran anggota Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan Benai, Bapak Mulyadi.

Jumlah produksi padi daerah tebing tinggi yakni sebanyak 6,4 ton/Ha, kemudian dikalikan dengan luas baku lahan di desa tebing tinggi seluas 7,93 Ha. Didapatkan hasil produksi sebanyak 58 ton/Ha.  Hasil 58 ton kemudian dikali 60 dibagi 100. Maka didapatkan hasil dalam 1 kali panen padi di wilayah desa Tebing Tinggi sebanyak 34,8 ton dalam 1 kali Indeks Pertanaman. Dalam 1 tahun, desa Tebing Tinggi telah menghasilkan 69,6 ton beras atau 69.000 kg/ pertahun. Perkiraan jumlah penduduk desa sebanyak 1000 orang, dengan rata rata menghabiskan 15 kg beras selama 1 bulan. 15 x 1000= 15.000 dikali 4 = 60.000. (dikali kan 4 karena 4 bulan adalah waktu yang dibutuhkan dalam 1 kali masa panen). Didapatkan hasil bahwa masyarakat Tebing Tinggi membutuhkan 60.000 kg beras /tahun, sementara desa telah menghasilkan 69.000 kg beras pertahun, sehingga 9000 kg atau 9 ton beras dapat didistribusikan di daerah luar Desa Tebing Tinggi. Hal ini membuktikan bahwa desa Tebing Tinggi sudah menjadi salah satu desa swasembada pangan dan menjadi pusat lumbung padi di kecamatan Benai.

Di desa Tebing Tinggi, mereka memiliki tiga kelompok tani berdasarkan dusunnya, di antaranya sebagai berikut:

Kelompok Tani Sampurna: tanaman yang ditanam berbagai macam.

Kelompok Tani Koput: pangan yang ditanam oleh kelompok tani Koput ada padi dan sayur-sayuran. Kelompok tani Koput mempunyai sebuah program bernama Perkembangan Pekarangan Lestari (P2L). Di mana tujuan dari program ini adalah kerjasama dalam menanam dan melakukan praktek bersama-sama dalam hal bagaimana menanam sayur dan cara pengolahannya. Cara pengolahan yang baik adalah dengan memberikan pupuk kandang dan pupuk kimia yang memperbanyak sayuran di rumah. Yang mana hasilnya nanti bisa dijual.  

Kelompok Tani Saronah Jaya (PT. RAPP): bekerjasama dengan PT. RAPP kelompok tani Saronah Jaya menanam berbagai macam tanaman, seperti kunyit, jahe, mentimun, labu, kacang panjang, dll. Karena bekerjasama dengan PT. RAPP, kelompok tani Saronah Jaya sendiri mendapatkan bantuan dari PT. RAPP berupa bantuan drum dan bibit pisang gepok. 


Mahasiswa KUKERTA UNRI 2022 juga berkesempatan untuk ikut serta dalam menanam padi, membantu proses penanaman bibit di salah satu kelompok tani yang ada di desa Tebing Tinggi, yaitu Kelompok Tani Kopput yang ada di dusun Harapan. Kegiatan tersebut dilakukan KUKERTA setiap hari senin. Dalam rangka ikut memajukan pertanian desa Tebing Tinggi, kelompok KUKERTA juga membuat plang nama kelompok tani untuk setiap dusunnya. Hal ini dilakukan untuk memberi tanda lahan milik kelompok tani di masing-masing dusun yang ada di desa Tebing Tinggi, kecamatan Benai.

Ketiga kelompok tani yang ada di desa Tebing Tinggi tersebut sendiri diketahui telah melakukan sistem IP 200 pada lahan padinya. Luas tanah di desa Tebing Tinggi terhitung sebanyak 79,3 hektar. Pada tahun 2022, sumber dana pertanian desa Tebing Tinggi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau, bantuan lainnya berupa pupuk cair.

Perkembangan yang ada di desa Tebing Tinggi sekarang terbilang maju. Hal itu karena desa Tebing Tinggi sendiri sudah mendapat banyak perhatian dari pemerintahan provinsi, terkhusus pada industri pertaniannya. Hal itulah yang membuat desa Tebing Tinggi mendapatkan banyak bantuan alat pertanian, seperti combine dan juga berupa alat packing. Namun, di Kabupaten Kuantan Singingi sendiri alat combine tidak bisa digunakan oleh semua orang dan combine ini belum terlalu efektif untuk digunakan, tetapi tetap dapat dilakukan untuk lahan yang berukuran 2-3 hektar. 

Selain itu, desa Tebing Tinggi terbilang maju juga karena nama pertaniannya yang sudah melalang buana sampai ke luar kabupaten. Hal tersebut terbukti dari hasil padinya, berupa beras sudah dijual di beberapa tempat. Nama produk berasnya adalah Beras BUMDes Makmur. Yang mana beras ini sudah banyak didistribusikan ke wilayah luar desa Tebing Tinggi, salah satunya seperti kota Pekanbaru.   

Dalam menanam padi, tentunya terdapat kendala-kendala yang dihadapi di antaranya sebagai berikut:

Adanya keong mas yang memakan tanaman pertanian yang baru tumbuh

Sumber daya manusia, kurangnya pekerja yang berminat dalam dunia pertanian 

Ketersediaan debit air yang kurang karena tidak adanya aliran irigasi (tidak ada hujan)


Dalam hal ini, KUKERTA bersama BPP melakukan pengamatan pada sawah padi yang ada di desa Tebing Tinggi, guna melihat dan memantau hama apa yang ada di desa Tebing Tinggi. Data-data yang didapatkan dalam pengamatan ini akan dimasukkan dalam dokumen yang ada di BPP kecamatan Benai. 

Dalam pemantauan, hama yang sering ditemukan oleh BPP dan mahasiswa KUKERTA adalah Keong Mas. Hal itu karena usia padi yang masih  berumur satu bukan dan hama yang dominan dalam penanaman adalah keong mas. Untuk umur dua bulan ke atas, hama yang menganggu tanaman padi adalah walang sangit. Di mana penanggulangan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida dan agen pengendali hayati (APH), yaitu digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan menekan hama serta penyakit tanaman. Hama sendiri biasanya akan keluar saat malam hari. Hal itu karena ketika adanya  matahari mereka (hama) akan bersembunyi.

(MN)

 


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar