Artikel

Problematika Pengajaran Matematika Di Sekolah

FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si

Oleh: FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si

Selama ini selalu saja ada anggapan bahwa matematika itu sulit. Padahal kalau mau mencoba dan membiasakan untuk berhitung, matematika bukanlah sesuatu yang rumit. Jika sudah menguasai operasi bilangan bulat dan pecahan ditambah lagi dengan hafalan perkalian, itu sudah merupakan modal awal perhitungan matematika.

Matematika adalah ilmu abstrak dan untuk memahamkan matematika kepada siswa bukanlah sesuatu yang mudah. Menentukan ukuran suatu benda yang nyata wujudnya saja belum tentu bisa dilakukan, apalagi untuk menentukan benda yang tidak nyata (abstrak) bentuknya. Dibutuhkan daya nalar yang tinggi untuk hal tersebut. Untuk menumbuhkan daya nalar dari para siswa, maka pemikiran mereka harus dirangsang mulai dari mengingat, memahami, menghitung, dan menyelesaikan masalah dari bentuk yang paling sederhana. Dan untuk melakukannya tentu saja para guru matematika harus mempunyai trik tersendiri. Misalnya saja ketika menjelaskan materi "lingkaran". Benda bundar yang dinamakan lingkaran itu adalah benda yang abstrak. Para guru matematika harus menggiring pemahaman siswa sehingga siswa dapat mengetahui dan menyebutkan contoh lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa sudah mengetahui bentuk benda yang akan dipelajari dan dapat menggambarkannya pada bidang datar, maka siswa tersebut telah mulai memahami apa itu lingkaran. Selanjutnya lingkaran tersebut dibagi menjadi 12 bagian yang sama besar kemudian digunting, potongan-potongan bagian lingkaran tersebut dinamakan juring. Keduabelas juring tersebut jika disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk persegi panjang. Dengan bentuk persegi panjang tersebut dapat menggiring siswa menemukan rumusan luas dan keliling lingkaran tadi.

Materi dasar dalam matematika adalah bilangan bulat yang terdiri dari bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Nol sebagai bilangan netral berada di antara bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menggunakan operasi bilangan bulat yang terdiri dari operasi pangkat, bagi, kali, tambah, dan kurang. Misalnya ketika ibu-ibu berbelanja bahan makanan di warung atau supermarket, penghitungan jumlah biaya belanjaan menggunakan bilangan bulat dan operasinya. Perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai, aritmatika sosial, barisan bilangan dan deret, serta himpunan merupakan bagian dari bilangan bulat.

Selain itu terdapat materi aljabar yang juga merupakan materi tersulit bagi siswa. Sulitnya mereka memahami tentang aljabar yang mencakup koefisien, variabel, dan konstanta membuat mereka kewalahan dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan aljabar. Ditambah lagi suku sejenis dan tak sejenis yang sulit dijelaskan kepada siswa akibat dari ke-abstrak-an aljabar tersebut. Sulit memang menggambarkan aljabar atau mencontohkan aljabar dalam kehidupan sehari-hari, apalagi menjelaskannya kepada siswa. Sangat dituntut cara yang menarik dari guru untuk menjelaskan dan memahamkan kepada siswa. Para guru matematika harus menggunakan cara menarik melalui model pembelajaran yang direncanakan sebaik mungkin dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu model yang cocok untuk materi aljabar adalah problem based learning (PBL) atau lebih dikenal dengan model pembelajaran berbasis masalah. Guru memberikan masalah yang harus diselesaikan oleh siswa secara per kelompok atau individu. Guru menggiring pemahaman siswa, sehingga akhirnya siswa dapat menarik kesimpulan sendiri tentang aljabar. Jika siswa aktif menyelesaikan permasalahan yang dimunculkan oleh guru, maka konsep aljabar akan lebih lekat diingatan mereka ketimbang guru memberikan konsep aljabar itu secara langsung.

Aljabar merupakan jembatan untuk mempelajari materi matematika yang lainnya, diantaranya persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Untuk persamaan linear satu variabel menggunakan tanda sama dengan, sedangkan pertidaksamaan linear satu variabel menggunakan tanda pertidaksamaan. Dalam materi ini biasanya siswa harus menentukan nilai dari variabel yang ditanyakan. Atau bisa juga diberi pertanyaan lanjutan nilai dari variabel yang dioperasikan dengan bilangan bulat lainnya. Jika siswa sudah mahir menyelesaikan permasalahan untuk yang satu variabel, maka lanjutannya adalah menyelesaikan permasalahan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Penggunaan materi SPLDV ini banyak sekali yang bisa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Yang tidak kalah pentingnya dan sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari adalah statistika dan peluang. Statistika adalah materi yang mencakup tentang data dan penyajian data. Jika kita mempunyai sebuah data tunggal yang terdiri atas beberapa datum dan data berkelompok, maka dari data tersebut dapat ditentukan ukuran pemusatan datanya. Ukuran pemusatan data meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), dan nilai yang paling sering muncul (modus). Penyajian data dapat melalui diagram lingkaran, diagram batang, diagram garis, dan diagram gambar. Keempat diagram tersebut mempunyai fungsi dan bentuknya masing-masing. Kemudian untuk materi peluang, dengan materi peluang ini dapat ditentukan peluang (kemungkinan) dari sebuah kejadian. Jika yang diketahui peluang siswa lulus ujian, maka kita dapat menentukan peluang siswa tidak lulus ujian. Karena peluang sebuah kejadian dengan peluang bukan kejadian itu jumlahnya adalah 1 (satu).

Dalam geometri dan pengukuran mencakup materi garis dan sudut. Untuk materi geometri ini siswa harus digiring dalam pemahaman awal seperti menggambarkannya pada bidang datar. Keahlian menggambar pada bidang datar ini tidak semua siswa yang dapat melakukannya, karena keterbatasan daya nalar dalam memahami geometri. Membedakan bangun datar dan bangun ruang masih selalu menjadi dilema. Seringnya pengucapan salah dari siswa, seperti menyebutkan persegi panjang sebagai bangun ruang, atau bola sebagai bangun datar. Jika siswa sudah dapat menggambarkan bangun datar pada bidang datar sebagai bangun dua dimensi dan bangun ruang sebagai bangun tiga dimensi, maka tentu saja siswa tersebut sudah mempunyai pemahaman konsep dan dapat membedakan antara bangun datar dengan bangun ruang. Berdasarkan hal tersebut diharapkan siswa tidak salah lagi menyebutkan antara bangun datar dan bangun ruang. Untuk memahamkan materi selanjutnyapun bukanlah merupakan hal yang sulit lagi bagi para guru matematika. Seperti menentukan keliling dan luas bangun datar, keliling gabungan dari beberapa bangun datar, dan luas permukaan dan volume bangun ruang.

Sebagian besar materi dalam mata pelajaran matematika dianggap sulit oleh siswa. Walaupun ada beberapa siswa yang mampu memahami materi dengan baik, namun persentasenya sangat kecil untuk tiap kelas. Mungkin hanya tiga atau empat orang siswa dalam satu kelas yang mampu mengikuti materi dengan baik, sisanya tidak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman siswa diantaranya adalah pengaruh teman sebangku yang sangat berakibat buruk bagi siswa. Seringnya siswa berinteraksi saat jam pelajaran, membuat kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran yang disampaikan guru di depan kelas. Faktor genetika dari orang tua siswa juga berpengaruh terhadap intelegensia siswa.

FRIANITA RISWANDI GABAN, S.Si

Guru Matematika SMP Negeri 14 Dumai dan Ketua MGMP Matematika SMP/ MTs se-Kota DUMAI


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar