Sastra

Cerpen: Getir Mendera Kalbu Karya Siti Andriana

Pagi yang indah, menyejukkan jiwa yang merayap dalam sukmaku. Merintis lewat symphoni indah dalam bisikanku. Oh, aroma kehangatan cinta yang menggiurkan, nikmat cerita silam yang dapat dirasakan dengan indah. Semilir angin yang sendu dan menyapu pelupuk mataku yang indah. Masa silam memang membuat kerumut luka dalam jiwa dan sukma yang memaksa ada.  Mempertaruhkan masa yang bermakna. Itukah aku?
Raut wajah yang menarik, dengan bola matanya yang bulat dan sayu, alis mata yang tersusun rapi beriringan dengan ukuran sedikit tebal, hidung mancung,bulu mata yang lentik,  pipi yang merona indah dipandang siapapun tanpa jerawat, dengan tinggi 165 cm dan berat badan 55 kg, dan senyuman indah yang memiliki kharisma tersendiri untuk seorang wanita. Dia adalah Miony Sastro Kusumo. Miony adalah salah satu siswi kelas X SMAN 1 Banyuwangi, Jawa Timur. Ia salah satu siswa berprestasi di sekolahnya dan ia juga terkenal aktif dalam belajar dan berorganisasi. Suatu kebanggaan yang luar biasa bagi keluarga SMAN 1 Banyuwangi Jawa Timur,ketika sekolahnya masuk pada runtutan kedua sebagai Competition Student Sains National 2008. 
Miony bagian dari sosok yang penyabar dan ceria. Tak jarang ia selalu ramah pada orang yang dikenalnya. Namun, ada segudang cerita dan problematika dalam kisah kehidupannya yang banyak menguras energi. Semua itu bisa dihadapi karena sikapnya yang tegas dan bisa menyesuaikan dimana ia harus mengambil keputusan. Tentu tidak mustahil banyak orang yang menyayanginya dengan semua kebaikan yang ia miliki.
Pagi itu Miony sedang duduk bersantai di teras rumahnya, sambil membaca buku sains teknologi mata pelajarannya. Ibu menyapa dengan membawa kue yang baru saja dibuatnya.
“nduk mau nyicip ndak ?”sapa Ibu membuat  Miony tersentak dan tersenyum.
“ibuk...mau ? kue apa ini bu’e ?”rakus akan makanan membuatnya terhenyak dan melepas buku bacaan ditangannya.
“gethuk nduk..enak ndak ?”tanya Ibu meminta komentar putrinya
“enak banget, manis ...?” komentar Miony yang suka sekali dengan rasa manis.
Ibunya sangat menyayangi Miony. Betapa tidak, Miony adalah anak tunggal dalam keluarganya. Miony juga salah satu cucu dari nenek yang perempuan satu-satunya dan paling disayang keluarganya. Namun, begitupun cintanya keluarga semakin memacu Miony untuk bisa membahagiakan keluarganya. Salah satunya yaitu dengan prestasi. Ayah seorang pengusaha dan ibu seorang guru. Namun, ibu lebih memilih mengurus keluarga yang dianggapnya lebih penting, dari pada mengajar. Jarak dari tempatnya mengajar dulu cukup jauh sehingga ibu memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Suatu hari, sepulang sekolah miony berkunjung kerumah sahabatnya, Maya. Di sinilah, mula dari prahara percintaan miony. Ia dikenalkan oleh maya pada salah satu rekan seperguruan silatnya. Rangga Dwi Djayanto namanya.
Rangga Dwi Djayanto adalah salah satu siswa SMAN II Banyuwangi, Jawa Timur. Anak pertama dari empat saudara dalam keluarganya. Rangga dikenal keluarga sebagai anak yang selalu memberi kebahagiaan atas prestasi belajarnya, selalu meluangkan waktunya untuk membantu keluarga baik kepada ayah dan ibu. Ia suka membantu menyelesaikan pekerjaan ayah ketika tengah sibuk dengan puluhan kertas ujian yang harus dikoreksi, karena ayahnya seorang guru di SMPN III Banyuwangi, Jawa Timur. Tak jarang sebelum pergi ke sekolah, ia menyempatkan waktunya untuk membantu ibu menyiapkan sarapan pagi. Siapa sangka sosok pria tampan yang terlihat keras kepala mau membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga? Tapi, itulah Rangga. Rangga adalah tipe penyayang keluarga. Tapi, sayangnya sifatnya yang keras kepala bisa membuat orang lain mudah terluka, tanpa pikir panjang bisa memberi keputusan secara tergesa-gesa. Sosok yang terlihat romantis, egois, disiplin, mandiri dan penyayang. Namun, memberi sejuta makna terdalam di hati Miony yang kini telah menjadi kekasihnya.
Setelah sekian lama mengenal rangga, akhirnya miony menjalani hubungan dengan rangga tepat pada 1 Januari 2009. Sosok rangga sebagai pelajar SMAN II Banyuwangi ini, juga terkenal aktif dengan juru silatnya dan seorang atlit bulu tangkis yang berbakat. Hubungan yang dijalani dengan miony, tidak jarang hanya melalui komunikasi jarak jauh selama 1 tahun lebih. Sosok yang tampan, berwibawa dan mungil telah membuat miony sempoyongan mendapatkan cinta rangga. 
Setiap hubungan percintaan, tidak ada yang tidak pernah mengalami masalah. Ada saja lika-liku percintaan yang mudah membolak-balikkan hati manusia. Tidak terlepas dari hubungan rangga dan miony. Mereka sempat putus karena rangga salah paham pada miony. Miony berusaha menjelaskan pada rangga saat pertemuannya di taman kota, tempat yang istimewa dalam setiap pertemuan mereka.
“Sebelum terlalu jauh tuduhan mas yang tidak jelas, aku mohon dengarkan penjelasan aku. Aku tidak seburuk itu? aku tidak ada hubungan apa-apa dengan nanda. Dia hanya teman sekelompokku yang sering belajar bersama denganku, kami tidak pernah berduaan saat belajar. Kami tidak seburuk yang mas pikirkan...kamu hanya terpengaruh dengan cerita teman-temanmu yang tidak tau apa-apa. Terserah kamu percaya pada siapa? Aku sudah berusaha selalu bersikap jujur padamu dalam hubungan ini ?” nada Miony semakin lirih dan tersudut.
“Sudahlah dik, aku tak percaya lagi padamu? pergi jauh-jauh dari hidupku. Jangan ganggu aku, tinggalkan aku mulai sekarang.. “ledak amarah Rangga pada Miony
“Astagfirullah, sumpah demi Allah mas...salahkah aku hidup bersosial dengan semua teman-temanku? aku ini bukan orang tahanan mas rangga, aku bukan narapidana, aku bukan untuk dijerat dan dibatasi. Aku manusia normal mas!” tangis Miony meledak dan terisak-isak dalam kesedihannya yang mendalam.
“kamu bisa dipercaya?”tanya rangga mengangkat alis matanya butuh diyakinkan oleh miony
“sungguh, aku bisa.” Miony mengangguk dengan isakkan tangisannya
“baiklah, aku minta maaf dik. Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Ya, beginilah aku. Apakah bisa kita lanjutkan hubungan ini kembali ?”tanya rangga seraya meminta miony memalingkan wajahnya melihat rangga.
“bisa...”miony masih dalam tangisnya sembari rangga menghapus butiran demi butiran air mata yang terus menetes dipelupuk mata miony
Masa ke masa berjalan dan waktu silih berganti. Soal cinta, Miony tak pernah pungkiri dan selalu bercerita pada ibu. Sehingga akan ada keterbukaan antara ibu dan Miony. Sebagai seorang wanita yang memiliki perasaan lembut dan melekat lebih tajam, dari pada seorang laki-laki. Ibunya mengijinkan miony memiliki hubungan spesial dengan teman dekatnya asal tidak melampaui batas prilaku yang sewajarnya. Dan pesan ibu yang paling melekat dalam pikiran Miony adalah ketika urusan cinta tidak mengganggu belajarnya.
“ibu...aku bertengkar dengan rangga minggu lalu?”raut wajah sedih miony ditunjukkannya pada ibu.
“kenapa Miony? Apa masalahnya? apa dia menyakitimu?”selidik ibu lebih dalam pada Miony
“astagfirullah, tidak bu’e. Dia hanya cemburu melihat aku mengerjakan tugas dengan nanda. Padahal, itu hanya tugas kelompok. Tapi dia terlalu pencemburu, dia sering mengomeli aku.”jawab miony
“apakah dia ada melakukan tindakan kasar padamu nak ?”tanya ibu khawatir
“tidak ibu, hanya melotot saja padaku ketika marah di taman.”jawabku dengan muka masam
“ya sudah, jangan terlalu diambil hati. Jangan dipikirkan berlebihan masalah rangga, jangan sampai itu bisa mengganggu konsentrasi belajarmu.” Jawab ibu sembari memberi nasihat
Miony beranjak pergi meninggalkan ibu dan masuk kekamar. Di sinilah, tersimpan sejuta masa miony untuk berpikir mencari solusi. 
Kesunyian menerpa lekat dalam paruh yang tengah rapuh hingga ku menyendiri dengan sepi dan kesenyapan senja. Bintang-bintang di langit tengah menari menghibur hatiku yang pilu. Semakin kelam dan merayap pada rasa yang terbungkam. Lihatlah, bulan yang ada di atas sana. Ia mengerling, bermain mata pada semua orang yang melihat padanya. Lalu, mengapa kau cemburu? bukankah sejak awal telah kubulatkan rasaku dan ku persembahkan cintaku hanya padamu? Mungkin rasaku yang tak bermakna untukmu. Biarkan rasa itu berlalu dengan berjalannya waktu. Aku tak ingin bulan dan bintang tersenyum sinis padaku, hanya karna ku terlihat lemah dan tak berdaya karna cinta.
Dalam usia hubungan rangga dan miony beranjak 2 tahun, rangga mengenalkan miony kepada kedua orangtuanya. Kehadiran miony disambut hangat ayah dan ibu rangga, tidak heran bila ibu rangga dan miony cepat akrab dan sangat dekat. Mereka sering se-ide dan sependapat dalam memberi keputusan. Karenanya, ibu rangga sangat menyayangi miony yang lembut dan ramah.
Di sekolah, miony sering curhat pada sahabat-sahabatnya tentang hubungannya dan kedekatannya dengan kedua orangtua rangga. Sahabat-sahabatnya selalu memahami kondisi miony, perbedaan pendapat akan suatu hal bagi mereka sudah bagian dari ruang lingkup persahabatan mereka yang harus bersatu. Mereka saling menyayangi, tolong-menolong dan memahami kekurangan satu sama lain sebagai sahabat.
“miony, jadi berangkat ke Maluku untuk olimpiade fisika bulan depan? tanya septi alias casper
“insyaallah jadi cas...doakan ya, semoga kita bisa go internasional.”jawab miony tersenyum
“temen kita yang satu ini selalu dan makin aja ya woi... makin cantik dan pinter aja?”sanjung rini yang biasa dipanggil dora sambil mengelus pundak miony
“iya nih ... yang penting traktirannya gak ketinggalan aja hee hee...” canda heni alias mini
“bener tuch...”celetuk rozi yang biasa dipanggil tell
“iya, iya insyaallah. Selagi ada umur, rezeki dan kesempatan. Apa yang tidak buat kalian semua? Yuk ke kelas dah bel tu”jawab miony sambil menarik tangan sahabat-sahabatnya untuk berdiri
Tak lama kemudian, mereka pun masuk kekelas. Berjalan menyusuri lorong sekolah yang seakan menarik langkah mereka.
Kelam dalam lamunan, meluruh dan hilang dalam keindahan sesaat. Semakin Menari-nari bayangan yang seharusnya hilang, semakin tertanam dan perlu dirawat. Dikulum senja yang menarik, masih melewati gurun yang menampik bayangan-bayangan sendu pun tak mampu hilangkan paras yang terlihat rupawan. Dunia percintaan memang kejam, selalu saja terlihat kejam. Sampai kapan diam dan bertahan  dalam kebisuan, diam dalam sesaknya kalbu. Belahlah tubuh ini, jika mampu dibelah. Sesungguhnya kedukaan ada disana, di tepian curam yang mencekam.
Sore itu, miony duduk diteras rumah ditemani ayah yang baru saja pulang dari kantor. Ibu sedang membuatkan teh hangat untuk ayah. Ayah memulai pembicaraan diantara mereka. Sebelumnya, ayah memang tak banyak bicara dan hanya berbicara sesuai keperluannya. Meskipun begitu, bagi miony ayah adalah sosok yang tegas dan menyayangi keluarga.
“nak, apa rencanamu setelah selesai SMA nanti?”tanya ayah memandang kesebelah kiri pada miony
“belum tau ayah, ingin kuliah sih. Tapi belum tau dimana? jawab miony melirik ayah sambil tersenyum
“ayah ingin mengirimmu ke London. Di sana bibi juga sedang menyelesaikan studinya. Kamu bisa tinggal bersamanya. “ kata ayah kemudian pada miony
“emm... nanti miony pikirkan lagi ayah,”jawab miony 
“ayah sudah bicara pada nenek dan kakek, mereka setuju dengan rencana ayah. Disana kamu bisa belajar akan banyak hal miony. Ayah harap kamu tidak mengecewakan ayah dan ibu disini, sebentar lagi kan ujian tryout. Baik-baiklah belajar.”pinta ayah meninggalkan miony dan masuk kerumah
“iya ayah.. “jawab miony menggigit bibirnya karena takut melawan kata-kata ayah
Sebelum jauh bertindak, miony bicarakan rencana ayahnya pada rangga. Bukan solusi yang didapat, tapi cercaan, makian, hinaan bertubi-tubi dari rangga. Karena menurut rangga, ia tidak ingin menjalani hubungan jarak jauh. Rangga berubah sikapnya menjadi acuh pada miony. Tak satupun darah yang mampu mengalir dengan tenang, mendidih dan mendarah daging dalam kebisuan ini. Pertemuan yang sekejap dengan rangga seolah tak berkesan dengan baik. Miony meninggalkan rangga begitu saja di taman favorite mereka. Tempat selingkan kedukaan dan kebahagiaan mereka. Kini miony semakin rapuh.
Bila kedukaan mampu sirna karena cinta, tentu akan ada titik terang disana. Mampu mengganti kelamnya kedukaan dengan senyum kebahagiaan. Memang cinta tak bermata, hebatnya cinta bisa butakan siapa saja, cinta memang tidak perduli rasa. Semuanya bisa jatuh cinta dan merana karena cinta. Waktu berjalan begitu cepat, sampai aku tak mampu membendung kedukaan dalam sukma dan kalbuku yang semakin menganga. Pertengkaran demi pertengkaran dalam hubunganku semakin dasyat. Dan perbedaan demi perbedaan pandangan mulai menguasai pikiran kami. 
Rangga lebih egois dan sering memarahi miony, menyudutkan miony setiap saat pembicaraan dimulai. Seolah-olah miony yang ingin meninggalkan hubungan mereka. Padahal, tidak seburuk itu. Miony hanya meminta izin untuk dapat memenuhi permintaan ayah melanjutkan studi di London. Tidak ada yang lain. Bagi miony, kebahagiaan orangtua adalah segalanya. Tidak mungkin, jika ia abaikan ayah dan ibu dan memilih rangga. kata-kata rangga yang masih melekat dimemory miony, yaitu pada saat memutuskan miony.
“mulai sekarang kita putus aja. Bagiku hubungan jarak jauh adalah penghalang aku mengawasimu. Silahkan berangkat ke London. Aku tidak ingin kamu hadir lagi disini untukku. Aku benci kamu miony. Percuma saja, kamu cantik jika hatimu hanya ingin mempermainkan perasaanku.” Rangga meninggalkan miony yang tengah menangis di taman tempat mereka biasa bertemu.
“ya allah... aku harus bagaimana? Aku sangat menyayanginya. Aku mencintainya. Besar harapanku hidup bahagia bersamanya meniti kesuksesan ini bersama. Tapi, haruskah aku melukai orangtuaku yang selama ini sangat menyayangi dan mencintaiku? oh, tidak ! tenang...tenang... kamu pasti bisa miony.”bisik hati miony menguatkan dirinya sendiri.
Waktu berjalan tanpa berhenti, kesedihan masih menyayat lukaku. Perpisahanku dengan rangga sudah hampir berjalan setahun. Susah, senang, suka dan duka dulu dilewati bersama. Kini tinggal aku sendiri. Selesai SMA, aku melanjutkan studi ke London bersama bibi. Kunikmati hidup di London dengan meninggalkan sejuta luka di masa silam. Perjalanan hubungan 4 tahun 3 bulan bukan masa yang bisa dihitung sehari dua hari. Putus komunikasi dengan rangga mungkin yang terbaik.
Berada di London sekitar 2 tahun, cukup memuaskan. Studi, ku jalani dengan lancar. Suatu ketika aku mendengar kabar, bahwa rangga akan menikah dengan salah satu pengajar di daerahnya. Aku tersenyum mendengar kabar itu dari sahabatku. Tiba-tiba seseorang mengirim pesan padaku lewat handphone.
“Assalamualaikum, rinduku masih sama seperti yang dulu. Begitupun cinta dan kasih sayangku. Maafkan aku, aku tak setia menunggumu. Meski ku tau kita sudah putus, tapi bagiku tidak! kamu tetap kekasihku. Aku masih sangat mencintaimu, semua karena keadaan yang memaksaku.Aku akan menikah bulan depan, aku harap kamu dapat hadir dihari pernikahanku dan memenuhi permintaanku. Sungguh bagiku kamu sangat berharga untuk hidupku. Rangga” isi pesan itu kubaca dengan merintih, dan kugigit bibirku dengan kuat yang tanpa terasa tengah berdarah karena tak sanggupnya aku menahan kegetiran lukaku. 
Oh, luka. Engkau hadir kembali saat aku ingin mengubur kenangan bersamanya. Jika hati ini masih saling mencintai, kenapa harus berpisah Tuhan! miony menyempatkan waktu sesuai dengan kabar yang ia terima dari sahabat-sahabatnya untuk hari pernikahan rangga.
Mendung terkulai dan masih sanggup bertahan untuk tidak gerimis, hari yang ditunggu miony pun tiba. Dia menyampaikan salam pernikahan pada rangga dan istrinya dengan tebaran senyumnya yang manis, menyampaikan doa restu dan kebahagiaannya. Dengan bibir yang mulai kelu, miony pamit pulang di acara pernikahan rangga. Orangtua rangga yang mengetahui akan hal itu, sesegera mungkin memeluk miony yang tengah menyalami tangan ibu rangga. Ayah dan ibu rangga masih sangat menyayangi miony, karena mereka tau yang mempercepat pernikahan mereka adalah dari pihak perempuan, yaitu istri rangga. 
“miony, nak..dengarkan ibu. Ayah dan ibu disini masih menganggap dirimu seperti anak sendiri. Jangan pernah sungkan untuk datang kerumah ibu. Ibu pasti akan sangat merindukanmu. Maafkan ibu dan ayah telah melukai hatimu sayang...”ucap ibu rangga sembari menangis dan mencium kening miony
“tidak ibu, ibu dan ayah tidak melukai hati miony sama sekali. Iya, miony akan berkunjung kerumah ayah dan ibu jika masa liburan kuliah tiba. Maafkan miony ya bu.”sambil mengusap air mata ibu rangga yang terus menetes, miony pamit pulang
“Aku berjanji akan segera melupakan rangga. Aku harus tetap semangat. Ada banyak hal yang harus aku kerjakan, selain memikirkan kesedihan bersama rangga. Aku tidak ingin mengecewakan ayah dan ibu. Aku harus melanjutkan kehidupan ini, aku akan tunjukkan bahwa aku bisa menjadi wanita tegar.”bisik hati miony dalam perjalanan pulang
Kehidupan yang mengajarkan kita semakin dewasa, tapi di dalam kehidupan kita harus pandai menyesuaikan dan menempatkan hati kita bersama siapa saat ini, bersama orang-orang yang memiliki kasih sayang untuk kita. Kita boleh terjatuh berkali-kali, tapi tidak pada lubang kesalahan yang sama. Tidak ada kata menyerah untuk terus mengais pelajaran dalam hidup dan bangkit menuju kebahagiaan yang telah disediakan Tuhan untuk kita. Jika kehidupan kita merasa nyaman dengan kebahagiaan yang baru, maka jalanilah dengan sungguh-sungguh dan tidak menyia-nyiakannya. Hidup ini akan indah, apabila kita mampu memperindah dengan sikap dan prilaku yang baik serta menghargai kasih sayang oranglain.
Cinta itu anugrah terindah dari Allah, berusahalah sebaik mungkin untuk menjaga kesuciannya. Sungguh bukan cinta yang membuat sakit dan terluka, tapi manusia yang tidak memahami cinta yang selalu menyakiti cinta yang dimilikinya. Insan yang baik akan dipertemukan dengan pasangan yang baik-baik pula, begitupun sebaliknya.


Maret, 2012

 

Siti Andriana merupakan Guru SMA IT Muslimin Dumai, ia juga penggiat seni dan sastra

 


[Ikuti Seputar Riau Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar